SABILINA TOURS – Harapan calon jamaah haji untuk memperoleh biaya perjalanan yang lebih terjangkau masih terganjal kondisi nilai tukar rupiah. Kementerian Haji dan Umrah menilai pelemahan rupiah menjadi faktor utama yang membuat usaha menekan biaya haji berjalan berat.
Dikutip dari himpuh.or.id, Menteri Haji dan Umrah, Mochamad Irfan Yusuf, menegaskan bahwa pemerintah tetap berusaha mencari celah efisiensi. Namun, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) maupun riyal Arab Saudi berdampak langsung pada komponen biaya yang tak dapat dihindari.
“Komponen dolar dan riyal, sekalipun harganya tidak berubah, karena depresiasi rupiah tetap saja menjadi lebih mahal. Itu tidak bisa dihindari,” ujar Irfan Yusuf dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Selasa (23/9/2025).
Biaya haji tahun 2025 disusun dalam dua skema: jamaah menanggung Rp55,43 juta sebagai Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih), sementara Rp33,97 juta ditutup dari nilai manfaat dana haji.
Irfan menambahkan, perhitungan detail masih terus digodok. “Kami hitung lagi per komponen dan mencari pos-pos yang bisa ditekan,” jelasnya. Meski angka final belum diumumkan, ia tetap optimis. “Kami belum bisa sebut angka pasti, tapi insya Allah turun. Kami berusaha keras,” tegasnya.
Rupiah Masih Tertekan
Pada hari yang sama, rupiah berada di kisaran Rp16.596 per dolar AS. Pelemahan ini otomatis membuat biaya yang berbasis mata uang asing meningkat.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menilai tren pelemahan rupiah masih berlanjut. “Dalam perdagangan Selasa kemungkinan besar rupiah masih melemah, dengan support–resisten di Rp16.600 hingga Rp16.650,” ujarnya di Jakarta, Senin (22/9/2025).
Situasi ini menuntut pemerintah untuk lebih kreatif mencari formula agar biaya haji bisa lebih ringan tanpa mengorbankan kualitas layanan bagi jamaah.
Sumber: himpuh.or.id
